Dalam proses perkembangan bahasa anak, berbagai tahapan muncul secara alami seiring pertumbuhan usia. Salah satu fenomena yang sering membuat orang tua bingung adalah ekolalia, yaitu pengulangan kata atau kalimat yang baru saja didengar. Meskipun sering dianggap sebagai hal biasa, ekolalia juga bisa menjadi tanda awal adanya gangguan bicara atau spektrum autisme jika berlangsung terlalu lama atau muncul dalam konteks yang tidak sesuai.
Artikel ini akan membahas apa itu ekolalia, kapan hal ini masih tergolong normal, dan kapan harus menjadi perhatian lebih lanjut. Pemahaman ini penting agar orang tua dan pendidik dapat memberikan respons yang tepat terhadap kebutuhan komunikasi anak.
Apa Itu Ekolalia?
Ekolalia berasal dari kata Yunani “echo” yang berarti gema, dan “lalia” yang berarti berbicara. Secara sederhana, ekolalia adalah pengulangan ucapan orang lain. Contohnya, jika seseorang berkata “Kamu mau minum susu?”, anak bisa langsung menirukan “Mau minum susu?” alih-alih menjawab “Iya” atau “Tidak”.
Ekolalia terbagi menjadi dua jenis:
- Ekolalia segera (immediate echolalia): Pengulangan terjadi langsung setelah mendengar ucapan.
- Ekolalia tertunda (delayed echolalia): Anak mengulangi ucapan setelah beberapa waktu, bisa berjam-jam atau bahkan berhari-hari kemudian.
Ekolalia Sebagai Bagian dari Perkembangan Bahasa Normal
Pada tahap awal perkembangan bahasa (sekitar usia 1,5 – 2,5 tahun), anak-anak cenderung meniru banyak hal, termasuk ucapan. Ini adalah proses belajar yang alami. Mereka merekam dan meniru pola bahasa untuk membentuk kosakata dan struktur kalimat mereka sendiri. Dalam fase ini, ekolalia bukanlah hal yang mengkhawatirkan, melainkan indikator bahwa anak sedang belajar mengenali dan memahami bunyi serta makna.
Biasanya, seiring bertambahnya usia dan berkembangnya kemampuan bahasa, anak akan semakin jarang mengulang dan mulai membentuk respon yang lebih fleksibel dan bermakna.
Kapan Ekolalia Menjadi Tanda Gangguan?
Jika anak masih menunjukkan pola ekolalia yang berlebihan di luar usia 3 tahun, atau penggunaan ulang kata-kata tidak sesuai konteks (misalnya mengulang kalimat iklan TV saat ditanya sesuatu yang tidak berhubungan), maka perlu diwaspadai.
Ekolalia bisa menjadi ciri dari beberapa kondisi berikut:
1. Autisme Spektrum Disorder (ASD)
Banyak anak dengan autisme menunjukkan ekolalia sebagai bagian dari gaya komunikasi mereka. Pengulangan kata atau frasa bisa terjadi karena:
- Mereka belum memahami bagaimana merespons secara spontan.
- Kalimat yang diulang memberi kenyamanan atau memiliki arti emosional tertentu.
- Kesulitan memahami bahasa dan konteks sosial.
2. Gangguan Perkembangan Bahasa
Anak dengan gangguan ekspresif atau reseptif dalam bahasa mungkin menggunakan ekolalia karena mereka belum mampu merancang respon verbal sendiri.
3. Apraxia Bicara Anak
Pada kondisi ini, anak tahu apa yang ingin dikatakan tetapi kesulitan menyampaikan ucapan secara motorik. Mengulang kata yang familiar bisa menjadi bentuk kompensasi.
Bagaimana Menangani Ekolalia?
Jika orang tua atau guru mencurigai adanya pola ekolalia yang tidak wajar, langkah pertama adalah melakukan evaluasi oleh terapis wicara atau profesional tumbuh kembang anak.
Beberapa pendekatan yang umum dilakukan:
✅ Terapi Wicara (Speech Therapy)
- Fokus pada peningkatan pemahaman bahasa dan mendorong anak untuk memberi respons yang lebih tepat.
- Terapis akan menggunakan strategi seperti modeling respons, pilihan jawaban, dan permainan interaktif.
✅ Intervensi ABA (Applied Behavior Analysis)
- Sering digunakan untuk anak dengan autisme.
- Melatih anak untuk menggunakan komunikasi fungsional, menggantikan ekolalia dengan bahasa yang bermakna.
✅ Pendekatan Visual dan Alternatif Komunikasi
- Anak bisa diajari menggunakan gambar, simbol, atau teknologi komunikasi augmentatif dan alternatif (AAC) untuk menyampaikan maksudnya.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua di Rumah?
- Jangan langsung melarang.
Alih-alih mengatakan “Jangan ulang-ulang,” cobalah memberikan contoh jawaban yang benar dan ajak anak menirukan. - Gunakan kalimat sederhana.
Hindari kalimat panjang atau kompleks yang bisa membuat anak bingung dan hanya mengulangnya. - Perhatikan konteks.
Catat kapan dan bagaimana ekolalia muncul. Apakah saat anak merasa tertekan, bingung, atau senang? Ini bisa memberi petunjuk penting. - Bangun interaksi bermakna.
Bermain peran atau membacakan buku bersama adalah cara efektif untuk mengajarkan anak respon verbal yang relevan dalam konteks.
Kesimpulan
Ekolalia bisa menjadi bagian dari perkembangan bahasa yang normal, tetapi juga dapat menjadi sinyal awal adanya gangguan bicara atau gangguan komunikasi lainnya. Kunci utamanya adalah memahami konteks, usia anak, dan pola komunikasinya secara menyeluruh.
Dengan intervensi dini dan pendekatan yang tepat, banyak anak dengan ekolalia berhasil mengembangkan kemampuan berbahasa yang efektif dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik.
Jika Anda menemukan gejala serupa pada anak atau peserta didik Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli terapi bicara dan temukan artikel edukatif lainnya di communityspeech.com untuk memperluas wawasan Anda.